Sabtu, 28 Mei 2022

Biografi Al faqir

 السلام عليكم ورحمة الله



    Pada hari ini Al Faqir hanya ingin bertahaduts bini'mah, menorehkan tulisan untuk kenangan bagi diri dan keluarga atau yang lainnya, Al Faqir


Senin, 06 April 2020

ASAL USUL KALAM HASANAH PP AL HASANAH CIGENTUR

السلام عليكم ورحمة اللّٰه



Izinkan saya memaparkan sedikit tentang munculnya KALAM HASANAH.
KALAM HASANAH berdiri tanggal 22 Februari 2017 ,Muncul dari pemikiran Alfaqir ketika melihat Ponpes yang lain husus nya di garut mempunyai sebutan" (singkatan) untuk santrinya.
maka dari sana Alfaqir mempunyai pemikiran bahwa PONPES AL HASANAH pun bisa seperti itu dan untuk meningkatkan semangat santri.
Maka pada tanggal 22 februari 2017 Alfaqir menorehkan tinta untuk menggambar logo  santri, setelah memikirkan namanya dg KALAM HASANAH ,di bawah kepemimpinan Rois Mang Jajang Kusmawani(Abie mj) maka di setujuilah logo dan nama tersebut, setelah itu di buatlah kaos KALAM HASANAH pertama kali dan antusias Santri/ah begitu respect , namun tidak berujung disana LOGO KALAM HASANAH pernah menjadi kontroversi di kalangan masyarakat ,karena pada saat itu lagi ramai kembali ulama di aniaya oleh antek" PKI hoax nya, daripada itu masyarakat mengatakan bahwa logo tersebut hampir menyerupai palu arit, namun Alfaqir kembali membuat musyawarah dengan  di pimpin oleh Rois dan menetapkan logo tersebut tanpa menggantinya, karena logo tersebut yaitu Gambar Kalam dan H yang menunjukan pada HASANAH, setelah itu Alfaqir kembali di panggil dan di tanya tentang makna KALAM HASANAH tsb.

KALAM HASANAH mempunyai 2 makna :
1. Ucapan yang baik 
2. Torehan (tulisan) yang baik

Dimana Al faqir berharap dari makna tersebut menjadi Do'a untuk kemajuan Ponpes Al Hasanah, yg mempunyai santri yang berahlakul karimah dan bisa menorehkan/mencatat kebaikan dalam langkahnya setelah berada di kalangan Masyarakat. 

mungkin itulah pemaparan Al Faqir tentang berdirinya KALAM HASANAH semoga menjadi motivasi dan AL HASANAH semakin melanglang buana FIDDUNYA ILAL AKHIROH..
Guru2 kita semoga di panjangkan dan di berkahkan umur,rizki dan ilmunya dan di jauhkan dari segala panca balahi dunia akhirat.. AAMIIN

Mohon maaf atas kesalahan dan tata bahasa yg kurang baik, 
#Al Faqir Anshor z

والسلام عليكم ورحمة اللّٰه

Sabtu, 23 November 2019

Sekilas BIOGRAFI MAMA JUHAENI ABBAS pendiri Ponpes Al Hasanah Cigentur-Garut

Assalamu'alaikum.wr.wb
Selamat siang sahabat...
Semoga langkah dan tingkah kita selalu dalam lindungan dan Ridho Alloh SWT..Aamiin



Sekilas kita mengupas tentang Biografi Kh.Juhaini Abbas pendiri pondok pesantren Al hasanah-cugentur-pasir wangi-garut, Seja Tabaruk mugia barokah wal manfaah ,mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan mohon untuk di koreksi.

KH. Juhaini Abbas (1940-1994)
Pendiri Pondok Pesantren Al Hasanah Garut

Beliau lahir tahun 1940 di Garut, lima bersaudara putra dari KH. junaidi. Baliau belajar agama mulai usia kecil (SD) kepada kaka ifarnya KH. Afandi setalah tamat SD pernah ikut sekolah ke SGB Muahammadiyah Garut tapi tidak selesai hanya samapai  kelas satu. KH. Juhaini Abbas ( Cicih nama panggilannya) pindah ke pesantren Al - Huda Garut pimpinan pesantren KH. Sirojudin ( bapak dari KH. Ulumudin banani). Beliau belajar kurang lebih 10 tahun (1960-1970) langsung dididik oleh mama Sirojuddin tentang ilmu nahu, sharaf, Mantiq, Balaghoh, Fikih, hadit, Tafsir dan ilmu lainnya.

Selama di Al- Huda beliau termasuk santri yang tekun, santun, dan cerdas. Teman yang dekat diantaranya: KH Nuh Addawami ( ketua Syuriah NU Jawa Barat), KH. Nurodin ( ketua Yayasan Al- Muawanah Leles),  KH. Holil ( suami dari Hj. Ika putri Mama Sirojuddin). Selama di Al- Huda beliau terpercaya membantu membingbing  santri junior yang baru belajar, dan bahkan ada diskusi santri senior jika tidak selasa masalah maka beliau dan KH. Nuh Addawami menjadi hakim bahsul masailnya.

Beliau pernah ikut pesantren kilat kitab bukti Muslim di Pondok Pesantren Cilendek Tasik malaya (1968 M), bersamanya dengan santri al Huda yang lainnya, diantara KH. Saepudin, KH. ismail,  Dan  Mukhtar Gozali ( dari pondok pesantren Cikajang).

Kemudian pada tahun1970 pernah ikut khotam kitab fikih Ikna dan Fath Wahab kepada KH. muhammad Qudsi ( Ajengan Emu nama panggilan) di pesantren Suci  Garut, teman santri yang ikut khotaman diantara KH. Ahmad Bahrum ( pimpinan pondok pesantren Bantargedang Tasikmalaya).

KH. Juhaini Melanjutkan belajar Balaghoh ke Sukabumi pesantren pasekon, dan kemudian ke pesantren Gentur Cianjur ( mama gentur) terkenal dengan karya kitabnya " Nastainu" makanya sepulang dari pondok KH Juhaini mendirikan pondok pesantren Al- Hasanah di kampung Cigentur ( tafaul dari nama pesantren Gentur). Ketika di pesantren Gentur berbarengan dengan KH. Ahmad Syahid ( pimpinan pondok Pesantren Al-Falah).

KH. Juhaini terus belajar Tauhid kepada Uwa Khoir Afandi di pondok pesantren Miftahul Huda, pada waktu belajar di Uwa Khoir termasuk diantara santri yang paling unggul bisa mengalahkan santri mukim. Konon kabarnya pernah ada ujian santri yang mendapatkan nilai 10 hanya KH. juhaini pada waktu itu, kemudian santri komplen ingin di ulangi lagi ujiannya. Kemudian ujian diulangi lagi dan KH. Juhaini menjawab hanya 9 dari soal 10, karena dalam hati malu dengan santri yang mukim.

Setelah selesai belajar kilat ( pasaran)selama satu bulan, beliau unjukan ( pamitan: Sunda), Uwa Khoir pada waktu meminta KH. Juhaini untuk mukim di Pesantren Miftahul Huda dan akan dinikahhkan dengan putrinya. Beliau tidak langsung mensetujui tawar tersebut, tetapi minta pendapat dulu kepada kaka iparnya( KH. Afandi), setelah ke kampung menemui kakanya ternyata tidak diizinkan untuk mukim di Manonjaya karena sudah disiapkan calon istrinya putri Hj Rokayah  dari KH. Mamun ( mama emon).

Kemudian beliau ke manonjaya lagi untuk mengundang Uwa pengajian di Garut, Uwa menolak jika balum punya pondok. Kemudian KH. Juhaini ke Garut lagi dan menceritakan tentang kesiapan Uwa Khoir. KH. Juhaini menceritakan kepada kakanya termasuk masyarakat Cigentur, Uwa bias angin pengajian sekaligus memukimkan Cicih jika sudah ada pondok, kemudian masyarakat dan tokoh Cigentur membangun Cikal bakal pesantren Al- Hasanah. Dan setelah beres bangunan  madrasah dan pondok maka Uwa Khoir bisa datang ke Garut sekaligus memukimkan KH. Juhaini Abbas.

Beliau wafat pada usia 54 tahun, tahun 1994, ketika itu pondok pesantren Al - Hasanah santri putra dan putri berjumlah 400 santri. Diantara muridnya KH. Iip Syarif Hidayatulloh ( pimpinan pondok pesantren Darul Huda Cidurupan), dan santri lain  dari luar Garut.

Semoga perjuangan beliau menjadi ladang amal di akhirat kelak, khusnul khotimah, beserta para kekasih Alloh, para nabi, par guru- guru.

Semoga keturunan beliau, biasa meneruskan perjuangan agama berbasis pesantren (tafaquh fiddin).

Alfatihah....

Wallahu a'lam
Pondok Pesantren Al -Hasanah
24112019


Ust.Aam Saepul Alam

Jumat, 22 November 2019

ZIARAH KUBUR Ngalap berkah

السلام عليكم ورحمه وبركاته

Selamat pagi sahabat ..
Semoga setiap langkah dan tingkah kita selalu ada dalam mardhotillah..aamiin
Sahabat....
Sering kita temui problematika di masyarakat tentang Ziarah kubur, kontroversi bahkan ponisan yang sering kita dengar sehingga tidak sedikit umat islam terpecah belah hanya karena persoalan yang kecil.



Inilah yang menjadi kesalahpahaman dari sebagian kecil umat Islam yang kemudian menghukumi syirik bagi umat Islam yang berziarah ke makam para ulama dan Auliya’ dengan maksud bertabarruk. Hal yang perlu diluruskan bahwa umat Islam yang berziarah dengan bertawassul dan bertabarruk adalah orang Islam yang beriman, yang mengesakan Allah, tidak berdoa dan tidak mencari berkah kecuali hanya kepada Allah.
Ziarah yang demikian sudah menjadi amaliyah para ahli hadis, diantaranya:

-            Ziarah ke Makam Rasulullah Saw

1.         Jawaban dari Imam Ahmad

سَأَلْتُهُ عَنِ الرَّجُلِ يَمُسُّ مِنْبَرَ النَّبِيِّ g وَيَتَبَرَّكُ بِمَسِّهِ وَيُقَبِّلُهُ وَيَفْعَلُ بِالْقَبْرِ  مِثْلَ

 ذَلِكَ  أَوْ نَحْوَ هَذَا يُرِيْدُ بِذَلِكَ التَّقَرُّبَ إِلَى اللهِ جَلَّ وَعَزَّ فَقَالَ لاَ بَأْسَ 

بِذَلِكَ (العلل ومعرفة الرجال لاحمد بن حنبل 2 / 492 رقم 3243)

"Saya (Abdullah bin Ahmad) bertanya kepada Imam Ahmad tentang seseorang yang memegang mimbar Nabi Saw, mencari berkah dengan memegangnya dan menciumnya. Ia juga melakukannya dengan makam Rasulullah seperti diatas dan sebagainya. Ia lakukan itu untuk mendekatkan dir kepada Allah. Imam Ahmad menjawab: Tidak apa-apa"(Ahmad bin Hanbal al-'lal wa Ma'rifat al-Rijal 3243)
2.         Ahli Hadis ath-Thabrani dan Abu Syaikh (Ibnu Hibban)

قَالَ ابْنُ الْمُقْرِئِ كُنْتُ أَنَا وَالطَّبَرَانِيُّ وَأَبُوْ الشَّيْخِ بِالْمَدِيْنَةِ فَضَاقَ بِنَا الوَقْتُ 

فَوَاصَلْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ فَلَمَّا كَانَ وَقتُ العِشَاءِ حَضَرْتُ الْقَبْرَ وَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ 

الْجُوْعَ فَقَالَ لِي الطَّبْرَانِيُّ اِجْلِسْ فَإِمَّا أَنْ يَكُوْنَ الرِّزْقُ أَوِ الْمَوْتُ فَقُمْتُ أَنَا 

وَأَبُوْ الشَّيْخِ فَحَضَرَ اْلبَابَ عَلَوِيٌّ فَفَتَحْنَا لَهُ فَإِذَا مَعَهُ غُلاَمَانِ بِقَفَّتَيْنِ فِيْهِمَا 

شَيْءٌ كَثِيْرٌ وَقَالَ اَشَكَوْتُمْ إِلَى النَّبِيِّ g؟ رَأَيْتُهُ فِي النَّوْمِ فَأَمَرَنِي بِحَمْلِ شَيْءٍ 

إِلَيْكُمْ (الحافظ الذهبي في تذكرة الحفاظ 3 / 121 وفي سير أعلام النبلاء  31 / 473 

والحافظ ابن الجوزي في الوفا بأحوال المصطفى 818)

"Ibnu al-Muqri berkata: Saya berada di Madinah bersama al-Hafidz al-Thabrani dan al-Hafidz Abu al-Syaikh. Waktu kami sangat sempit hingga kami tidak makan sehari semalam. Setelah waktu Isya' tiba, saya mendatangi makam Rasulullah, lalu saya berkata: Ya Rasulallah, kami lapar. Al-Thabrani berkata kepada saya: Duduklah, kita tunggu datangnya rezeki atau kematian. Saya dan Abu al-Syaikh berdiri, tiba-tiba datang laki-laki Alawi (keturunan Rasulullah Saw) di depan pintu, lalu kami membukakan pintu. Ternyata ia membawa dua orang budaknya yang membawa dua keranjang penuh dengan makanan. Alawi itu berkata: Apakah kalian mengadu kepada Rasulullah Saw? Saya bermimpi Rasulullah dan menyuruhku membawa makanan untuk kalian"(Diriwayatkan oleh al-Hafidz al-Dzahabi dalam Tadzkirah al-Huffadz III/121 dan Siyar A'lam al-Nubala' XXXI/473, dan oleh Ibnu al-Jauzi dalamal-Wafa' bi Ahwal al-Musthafa818)

-            Makam Imam Abu Hanifah

عَنْ عَلِيِّ بْنِ مَيْمُوْنٍ قَالَ سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُوْلُ اِنِّي َلأَتَبَرَّكُ بِأَبِي حَنِيْفَةَ 

وَأَجِيْءُ إِلَى قَبْرِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ يَعْنِي زَائِرًا فَإِذَا عُرِضَتْ لِي حَاجَةٌ صَلَّيْتُ 

رَكْعَتَيْنِ وَجِئْتُ إِلَى قَبْرِهِ وَسَأَلْتُ اللهَ تَعَالَى الْحَاجَةَ عِنْدَهَ فَمَا تَبْعُدُ عَنِّي حَتَّى 

تُقْضَى (الحافظ الخطيب البغدادي في تاريخ بغداد 1 / 123 وعبد القادر ابن ابي الوفا 

في طبقات الحنفية 2 / 519)أخبار أبي حنيفة للقاضي الصيمري - (1 / 94) الطبقات 

السنية في تراجم الحنفية التقي الغزي - (1 / 46)

"Dari Ali bin Maimun, ia berkata: Saya mendengar Syafi'i berkata bahwa: Saya mencari berkah dengan mendatangi makam Abu Hanifah setiap hari. Jika saya memiliki hajat maka saya salat dua rakaat dan saya mendatangi makam Abu Hanifah. Saya meminta kepada Allah di dekat makam Abu Hanifah. Tidak lama kemudian hajat saya dikabulkan" (al-Hafidz Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad I/123 dan Ibnu Abi Wafa dalam Thabaqat al-Hanafiyah II/519)

-            Makam Yahya bin Yahya

قَالَ الْحَاكِمُ سَمِعْتُ أَبَا عَلِيِّ النَّيْسَابُوْرِي يَقُوْلُ كُنْتُ فِي غَمٍّ شَدِيْدٍ فَرَأَيْتُ 

النَّبِيَّ gفِي الْمَنَامِ كَأَنَّهُ يَقُوْلُ لِي صِرْ إِلَى قَبْرِ يَحْيَى بْنِ يَحْيَى وَاسْتَغْفِرْ وَسَلْ 

تُقْضَ حَاجَتُكَ فَاَصْبَحْتُ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَقُضِيَتْ حَاجَتِي(الحافظ ابن حجر في 

تهذيب التهذيب 11 / 261 والحافظ الذهبي في تاريخ الاسلام 1756)

"Al-Hakim berkata: Saya mendengar Abu Ali al-Naisaburi berkata bahwa saya berada dalam kesulitan yang sangat berat, kemudian saya bermimpi melihat Rasulullah Saw seolah beliau berkata kepada saya: Pergilah ke makam Yahya bin Yahya, mintalah ampunan dan berdolah kepada Allah, maka hajatmu akan dikabulkan. Pagi harinya saya melakukannya dan hajat saya dikabulkan" (al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Tahdzib al-Tahdzib XI/261 dan al-Hafidz al-Dzhabi dalam Tarikh al-Islam 1756)

-            Makam Musa bin Ja'far al-Kadhim

عَنْ عَلِيِّ الْخَلاَّلِ يَقُوْلُ مَا هَمَّنِي أَمْرٌ فَقَصَدْتُ قَبْرَ مُوْسَى بْنِ جَعْفَرٍ فَتَوَسَّلْتُ 

بِهِ اِلاَّ سَهَّلَ اللهُ تَعَالَى لِي مَا أُحِبُّ (تاريخ بغداد للحافظ الخطيب البغدادي 1 / 

120)

"Diriwayatkan dari Ali al-Khallal (pemuka Madzhab Hanbali), ia berkata: Saya tidak pernah mengalami masalah lalu saya datang ke makam Musa bin Ja'far dan bertawassul dengannya, kecuali Allah memudahkan kepada saya hal-hal yang saya inginkan" (al-Hafidz Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad I/120)
والله أعلم بالصواب

Rabu, 14 Agustus 2019

Sejarah Gua Safarwadi Syekh Abdul Muhyi Pamijahan

Assalamu'alaikum warahmatullah
Selamat siang sahabat yang di rahmati Allah SWT.

Post Santri dhoif


Sejarah guha safarwadi...petilasan para waliyulloh ....syeh Abdul Muhyi
pamijahan Tasik malaya jawa barat indonesia
Gua Safarwadi , Tempat Tafakur Raden Abdul Muhyi
Syech Abdul Muhyi adalah tokoh ulama legendaris yang lahir di Tapos Depok tahun 1650. Beliau merupakan putra Raden Panji Wanayasa di Jatijajar Tapos Depok, Darah Mataram mengalir deras karena beliau adalah canggah Panembahan Senopati Mataram, serta cicit ki Ageng Mangir Pembayun. Ia tumbuh dan menghabiskan masa mudanya di Depok, Imogiri dan lama bermukim di Gresik dan Ampel, Jawa Timur. Ia pernah menuntut ilmu di Pesantren Kuala Aceh selama delapan tahun. Ia kemudian memperdalam Islam di Baghdad pada usia 27 tahun dan menunaikan ibadah haji. Setelah berhaji, ia kembali ke Jawa untuk membantu misi ayahnya Panji Wanayasa menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Awalnya Abdul Muhyi menyebarkan Islam di Darma, Kuningan, dan menetap di sana selama tujuh tahun. Selanjutnya, atas perintah abangnya Arief Maulana Garut ia mengembara hingga ke Pameungpeuk, Garut Selatan, selama setahun.
Syekh Abdul Muhyi. Di dalam silsilah Mataram, adalah putra Bungsu Raden Panji Wanayasa disebutkan sebagai anak ketiga Raden Tumenggung Bagus Wanabaya dan cucu Raden Ayu Roro Pembayun Putri dari Panembahan Senopati Mataram yang memerintah pada paruh pertama abad XVI. Abdul Muhyi, Syeikh Haji (Tapos Depok Jawa Barat, 1071 H/1650 M-Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat 1151 H/1730 M). Syech Abdul Muhyi adalah guru dari Syech Yusuf Al Makassari. Ulama tarekat Syattariah ini dalam naskah Kitab Istiqlal Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah juga disebutkan bahwa ada tiga guru tarekat yang diwarisi tasawuf Pamijahan yaitu: Abdul Qadir Jaelani, Abdul Jabbar dan Abdul Rauf Singkel. Apabila Abdul Qadir Jaelani disebut sebagai ‘wali awal’, maka Abdul Muhyi dianggap sebagai ‘wali penutup’. Kedudukan ini memang dibuktikan oleh kenyataan bahwa setelah wafatnya, keturunan Abdul Muhyi tidak lagi menggunakan gelar Syekh. Istilah ‘wali penutup’ memang menjadi pertanyaan, sebab dalam sejarah Islam wali akan tetap ada setiap zaman, tetapi hanya para ‘wali’ yang mengetahui keberadaan seorang ‘wali’.
Sebagai keturunan raja, tidak banyak disebutkan dalam Kitab Istiqlal Thariqah Qadariyah Naqsabandiyah perihal garis silsilah bapak, tetapi dijelaskan di dalam naskah lain yang disebut dari Ratu Galuh. Ayah Syekh Abdul Muhyi yang bernama Raden Panji Wanayasa Jatijajar yang adalah keturunan dari Ratu Galuh (neneknya, Nyi Linggar Jati istri Bagius Wanabaya di Kebayunan Tapos Depok). Perkawinan Panji Wanayasa putri Sunda melahirkan 5 orang anak: Arif Muhammad, Untung (Saat itu belum bernama Suropati), Abdul Manaf, terakhir adalah Syekh Abdul Muhyi Syekh Abdul Muhyi mempunyai hubungan kekerabatan tidak langsung dengan Sultan Pajang, Pangeran Adiwijaya (Jaka Tingkir),
Silsilah Bupati Sukapura menurut naskah Leiden Cod. Or. 7445 secara Genealogi dimulai dari empat orang isteri Syekh Abdul Muhyi, itupun terutama dari isteri yang pertama (Sembah Ayu Bakta) sebagai leluhur para bupati Sukapura dari pihak ibu, adalah putri dari Sembah Dalem Sacaparana.
Selain itu, R. Ajeng Halimah atau disebut juga Ayu Salamah, putri ketiga dari Raden Tumenggung Anggadipa Wiradadaha III, penguasa Sukapura (Tasikmalaya) waktu itu, dan juga adik bungsu dari Raden Yudanagara I, adalah juga salah seorang istri Syekh Abdul Muhyi.
Abdul Muhyi melanjutkan pengembaraannya hingga ke daerah Batuwangi dan Lebaksiuh. Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, ia bermukim di dalam goa, yang sekarang dikenal sebagai Goa Safarwadi, dengan maksud untuk mendalami ilmu agama dan mendidik para santrinya.
Keberadaan Goa Safarwadi ini erat kaitannya dengan kisah perjalanan Syech Abdul Muhyi. Dikisahkan, pada suatu saat ia mendapat perintah dari gurunya yakni Syekh Abdul Rauf Singkel (dari Kuala Aceh), untuk mengembangkan agama Islam di Jawa Barat bagian selatan sekaligus mencari tempat yang disebutkan dalam ilham dengan sebuah gua khusus sebagai tandanya.
Setelah melalui perjalanan yang sangat panjang dan berat, pada suatu hari ketika sedang asyik bertafakkur, memuji kebesaran Allah, Syech Abdul Muhyi tiba-tiba menoleh ke arah tanaman padinya, yang didapati telah menguning dan sudah sampai masanya untuk dipanen.
Konon, setelah dipanen, hasil yang diperoleh ternyata tidak kurang juga tidak lebih atau hanya mendapat sebanyak benih yang ditanam. Mengetahui hal ini ia menjadi sangat terkejut sekaligus gembira, karena itu adalah pertanda bahwa perjuangannya mencari gua sudah dekat.
Upaya pertama untuk memastikan adanya gua yang dicari dan ternyata berhasil ini, dilanjutkan dengan cara menanam padi kembali di lahan sekitar tempat tersebut. Sambil terus berdoa kepada Allah SWT upaya ini pada akhirnya juga mendapatkan hasil. Padi yang ditanam, berbuah dan menguning, lalu dipetik hasilnya, ternyata menuai hasil sama sebagaimana yang terjadi pada peristiwa pertama. Hal ini semakin menambah keyakinan Syech Abdul Muhyi bahwa di tempat itulah (di dalam gunung) terdapat gua yang dicarinya.
Suatu hari ketika sedang berjalan ke sebelah timur gunung tersebut, sambil bermunajat kepada Allah SWT, Syech Abdul Muhyi tiba-tiba mendengar suara air terjun dan kicauan burung-burung kecil dari tempat tersebut. Ia kemudian melangkah turun ke tempat di mana suara itu berada, dan di sana ia melihat sebuah lubang besar yang ternyata sesuai dengan sifat-sifat gua yang cirri-cirinya telah ditunjukkan oleh gurunya.
Seketika itu juga terangkatlah kedua tangan Syekh Abdul Muhyi, menengadah ke atas sambil mengucap doa sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan pertolongan pada dirinya dalam upaya menemukan gua yang dicari.
Peristiwa penemuan gua ini terjadi pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tahun 1111 H/1690 M, setelah perjuangan berat dalam mencarinya selama kurang lebih 12 tahun. Usia Syech Abdul Muhyi sendiri pada waktu itu adalah genap 40 tahun. Dan gua tersebut pada nantinya akan dikenal dengan nama Gua Pamijahan.
Gua Pamijahan terletak di sebuah kaki bukit yang sekarang dikenal dengan sebutan Gunung Mujarod. Nama ini diambil dari kata bahasa Arab yang berarti “tempat penenangan” atau dalam bahasa Sunda disebut sebagai; tempat “nyirnakeun manah”, karena Syech Abdul Muhyi sering melakukan taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) di dalam gua tersebut. Pamijahan dalam bahasa Jawa juga berarti membunuh (pejah) hawa nafsu. Gua Pamijahan ini pada dasarnya memiliki makna khusus dalam perjalanan dakwah dan spiritual Syech Abdul Muhyi. Penemuan dan keberadaan gua ini seolah menjadi simbol yang menandakan bahwa perjalanan spiritual Syech Abdul Muhyi telah mengalami puncaknya. Selain itu, selalu terdapat makna dan fungsi khusus dalam setiap hal yang terhubung secara istimewa dengan tokoh yang menjalaninya.
Hal ini bisa dipahami karena seperti yang diungkapkan oleh Martin Van Bruinessen, bahwa para tokoh sejarah Islam di nusantara khususnya, biasa melakukan pendekatan supranatural dalam rangka meningkatkan kharisma mereka. Gua besar di Pamijahan (Tasikmalaya Selatan) sebagai tempat Syech Abdul Muhyi melakukan ‘riyadhah spiritual’, dan salah satu pusat penyebaran tarekat Syathariyah di Pulau Jawa adalah contoh dari hal tersebut.
Para juru kunci di tempat ini bahkan menunjukkan sebuah lorong sempit yang konon dilalui oleh Syech Abdul Muhyi untuk pergi ke Makkah setiap Jum’at. Sementara itu di Cibulakan (Pandeglang-Banten) misalnya, juga terdapat sebuah sumur yang konon berhubungan dengan sumber air zam-zam di Makkah. Menurut riwayat, Maulana Mansyur, yang diyakini sebagai wali, yang dimakamkan di Cikaduwen, pulang dari Makkah melalui sumber mata air zam-zam dan muncul di sumur ini.
Ringkasnya, hingga saat ini masih ada “kyai” di Jawa, yang menurut para pengikutnya yang paling fanatik, setiap Jum’at secara gaib pergi sembahyang di Masjidil Haram. Semua ini juga menandaskan perihal lain, yakni kuatnya peranan haji dan Makkah serta hubungannya dengan tradisi spiritual sebagai legitimasi kekuasaan atau keilmuan seseorang, dalam pandangan orang Jawa.
Di lingkungan kekeramatan Pamijahan sendiri terdapat beberapa kisah yang mengandung pengertian di atas. Satu kisah yang sering beredar menyebutkan bahwa, konon Syech Abdul Muhyi bersama Maulana Mansyur dan Ja’far Shadiq sering shalat di Makkah bersama-sama lewat Gua Pamijahan. Ketiga orang itu memang dikenal mempunyai ikatan persahabatan yang sangat erat.
Kisah supranatural lain di lingkungan kekeramatan Pamijahan adalah kisah yang menjadi muasal diharamkannya merokok di lingkungan tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat, pada suatu hari Syech Abdul Muhyi dan Maulana Mansyur berada di Makkah hendak pulang ke tanah Jawa, keduanya kemudian berunding tentang pemberangkatan bahwa siapa yang sampai lebih dulu di Jawa, hendaklah menunggu salah seorang yang lain di tempat yang telah ditentukan.
Lalu berangkatlah kedua sahabat tersebut dengan cara masing-masing, yakni; Syeikh Maulana Mansyur berjalan di atas bumi sedangkan Syech Abdul Muhyi di bawah bumi, keduanya sama-sama menggunakan kesaktiannya.
Namun, ketika Syech Abdul Muhyi sedang berada dalam perjalanan di bawah laut, tiba-tiba ia merasa kedinginan, lalu berhenti sebentar. Sewaktu hendak menyalakan api dengan maksud untuk merokok, tanpa disangka muncul kabut yang membuat sekelilingnya jadi gelap. ia terpaksa berdiam diri menunggu kabut tersebut menipis sambil merokok. Namun kabut itu ternyata semakin menebal. Akhirnya ia teringat bahwa merokok itu perbuatan yang makruh (dibenci Allah). Maka seketika itu juga ia merasa berdosa dan segera bertaubat kepada Allah SWT. Bersamaan dengan itu kabut pun menghilang, dan akhirnya ia bisa berangkat lagi meneruskan perjalanannya.
Mulai saat itulah Syech Abdul Muhyi menjauhkan diri dari merokok, bahkan bisa dikatakan mengharamkan rokok untuk dirinya. Sedang kepada keluarga dan pengikutnya, ia hanya melarang mereka merokok sewaktu di dekat dirinya.
Oleh karena itu, di daerah Pamijahan ada tempat tertentu yang dilarang secara adat untuk merokok, khususnya tempat yang berada di sekitar makam Syech Abdul Muhyi. Adapun batas-batas wilayah larangan merokok antara lain: sebelah timur daerah Kaca-Kaca, sebelah barat jalan yang menuju ke gua dimulai dari masjid Wakaf, sebelah selatan dimulai dari makam Dalem Yudanagara (+ 300 m) dari makam Syech, sedang sebelah utara (±300 m) dari makam Syech, yaitu jalan umum yang menuju ke Makam Eyang Abdul Qohar di Pandawa.
Singkat kata, wilayah-wilayah dengan batasan yang telah ditentukan tersebut adalah daerah larangan merokok menurut adat yang berlaku.
Kisah-kisah semacam ini tidak akan dibahas lebih jauh. Yang perlu direnungi adalah hikmah yang berada di baliknya. Sebab, setiap cerita yang ada pada dasarnya menunjukkan keluasan ilmu, keluhuran pribadi dan kemuliaan pengabdian Syech Abdul Muhyi kepada masyarakat dalam perjuangannya mengajarkan prinsip-prinsip Islam dan menjauhkan mereka dari bentuk-bentuk kepercayaan yang sesat.
Pamijahan sendiri pada dasarnya adalah nama sebuah kampung yang letaknya di pinggir kali, sehingga ia merupakan tempat yang menguntungkan karena masyarakat sekitar dapat mengolahnya untuk mengembang-biakkan ikan, akan tetapi kondisi ini juga bisa sebaliknya, yakni kadang-kadang membawa bencana, seperti banjir yang melanda daerah tersebut beberapa waktu yang lalu. Peristiwa ini membuat banyak rumah yang hanyut karena tidak kuat menahan banjir. Oleh karena itu pula, bangunan-bangunan yang sekarang masih ada dan terletak di tepi sungai harus dibuat permanen.
Pamijahan termasuk ibu kota Desa di Wilayah Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Sebelum Syech datang ke Pamijahan, sudah ada kampung yakni daerah Bojong, wilayah Sukapura, terletak di sebelah Timur Laut dari kampung Pamijahan sekarang, yang kini dikenal dengan nama Kampung Bengkok. Di sana terdapat makam Dalem Sacaparana, mertuanya Syech Abdul Muhyi.
Adapun kata “Pamijahan” adalah nama baru, di masa hidup Syech Abdul Muhyi sendiri nama tersebut belum dikenal. Wilayah ini disebut oleh Syech Abdul Muhyi dengan istilah Safar Wadi. Nama ini diambil dari kata Bahasa Arab, yakni: safar yang berarti “jalan” dan wadi yang berarti “lembah”. Jadi, Safar Wadi adalah jalan yang berada di lembah. Hal ini disesuaikan dengan letaknya yang berada di antara dua bukit di pinggir kali.
Namun sekarang Safar Wadi dikenal juga dengan nama Pamijahan, karena banyak orang yang berdatangan dari pelosok Pulau Jawa secara berduyun-duyun, laksana ikan yang akan bertelur (mijah). Karena itu nama Safar Wadi kemudian berganti menjadi Pamijahan, sebab mempunyai arti yang hampir mirip dengan tempat ikan akan bertelur, dan bukan berarti tempat “pemujaan”.
Goa Safarwadi merupakan salah satu tujuan utama peziarah yang berkunjung ke Pamijahan. Panjang lorong goa sekitar 284 meter dan lebar 24,5 meter. Peziarah bisa menyusuri goa dalam waktu dua jam. Salah satu bagian goa yang paling sering dikunjungi adalah hamparan cadas berukuran sekitar 12 meter x 8 meter yang disebut sebagai Lapangan Baitullah. Tempat itu dulu sering dipakai shalat oleh Syech Abdul Muhyi bersama para santrinya.
Di samping lapangan cadas itu terdapat sumber air Cikahuripan yang keluar dari sela-sela dinding batu cadas. Mata air itu terus mengalir sepanjang tahun. Oleh masyarakat sekitar, air itu dipopulerkan sebagai air “zam-zam Pamijahan.” Air ini dipercaya memiliki berbagai khasiat. Menjelang Ramadhan, para peziarah di Pamijahan tak lupa membawa botol air dalam kemasan, bahkan jerigen, untuk menampung air “zam-zam Pamijahan” itu. Dengan minum air itu, badan diyakini tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa.
Syech Muhyi ini disebut juga oleh bangsa wali lainnya dengan gelar A’dzomut Darojat, yang artinya “orang yang mempunyai derajat agung.” Bercerita tentang derajat kewaliyan, tentu kita hanya paham atau mengerti secara sepintas, bahwa yang disebut derajat seperti ini hanya ada di zaman Wali Songo. Sebenarnya pemahaman seperti ini tidak benar, karena derajat Waliyulloh akan terus mengalir hingga sampai pada akhir zaman sebagai sunnaturrosul.
Syech Abdul Muhyi dalam sejarah hidupnya adalah seorang yang zuhud, pintar, sakti dan terkenal paling berani dalam memerangi musuh Islam khususnya ia membantu Syech Yusuf dan Sultan Ageng Tirtayasa memerangi VOC Belanda dan ia tak pernah tertangkap dalam peertempuran melawan VOC itu. Namun semua itu adalah masa lalu dan kini hanya tinggal kenangan belaka. Hanya saja walau ia sudah ratusan tahun telah tiada, namun rohmat serta kekeramatannya masih banyak diburu, terutama oleh para peziarah yang minta berkah lewat wasilahnya.

Wallohu a'lam

Jumat, 09 Agustus 2019

Cara mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan Niat yang baik

Assalamu'alaikum warahmatullah
Selamat siang di hari sunah puasa arofah
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah dan mendapatkan Ridho nya..Aamiin


  • Niat Belajar.
ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال بالنيات. حديث صحيح. 
 Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segalahal, sebagaimana sabda nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan ituterserah niatnya” Hadits shahih.

[روى] عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: كم من عمل يتصور بصورة عملالدنيا، ثم يصير بحسن النية من أعمال الآخرة، وكم من عمل يتصور بصورة عملالآخرة ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية. 
Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak amal perbuatanyang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat yang karena bururkniatnya maka menjadi amal dunia.”
  • Niatan Baik dan Buruk.
وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالةالجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاءالإسلام بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل.
وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ برهان الدين صاحب الهداية لبعضهم شعرا:
فـساد كـبير عـالم مـتهتـك            وأكـبر منه جاهل متنسك
هما فتنة للعالمين عظيمة            لمن بهما فى دينه يتمسك

Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt.Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh,mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam ituharus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpaberdasar ilmu.
Syaikhul imam Ajall Burhanuddin Shahibul Hidayah menyanyikan syair gubahan sebagian ulama :
  • Hancur lebur, orang alim tak teratur Lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur
  • Keduanya menjadi fitnah,menimpa ganas di dunia
Atas yang mengikutinya, sebagai dasar peri agama.

وينوى به: الشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره. 
Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatanakal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencaripengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan danpenguasai-penguasa lain.

وقال محمد بن الحسن رحمة الله عليهما: لو كان الناس كلهم عبيدى لأعتقتهم وتبرأت عن ولائهم. 
Muhammad Ibnul Hasan berucap: ‘andaikan seluruh manusia itu manjadibudak belianku, niscaya kumerdekakan seluruhnya dan bebaskan darikekuasaanku.”
  • Kelezatan dan Hikmah Ilmu.
[وذلك لأن] من وجد لذة العلم والعمل به، قلما يرغب فيما عند الناس.أنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ قوام الدين حماد بن إبراهيم بن إسماعيلالصفار الأنصارى إملاء لأبى حنيفة رحمة الله عليه:
من طلب العلم للمعاد        فاز بفضل من الرشاد
فـيالخسـران طالـبيـه        لـنيل فـضل من العباد

Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakinkecillah kegemarannya akan harta benda dunia. Syaikhul Imamil AjallUstadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail Ash-Shoffar Al-Anshoriymembacakan kami syair imla’ abu hanifah :
  • Siapa saja gerangan, menuntut ilmu untuk hari kemudian untuklah dapat keutamaan, anugrah Allah penunjuk jalan
  • Aduh, saja merugi, penuntut ilmu nan suci Hanya buat sesuap nasi, dari hamba ilahi.
اللهم إلا إّذا طلب الجاه للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر، وتنفيذالحق، وإعزاز الدين لا لنفسه وهواه، فيجوز ذلك بقدر ما يقيم به الأمربالمعروف والنهى عن المنكر. 
Tetapi jikalau dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahimunkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untukkeperluan hawa nafsu sendiri makadiperbolehkan sejauh batas telah dapatmenegakkan amar ma’ruf nahi munkar tersebut.

وينبغى لطالب العلم: أن يتفكر فى ذلك، فإنه يتعلم العلم بجهد كثير،فلايصرفه إلى الدنيا الحقيرة القليلة الفانية. (قال النبى صلى الله عليهوسلم: اتقوا الدنيا، فوالذى نفس محمد بيده إنها لأسحر من هاروت وماروت).شعر:
هى الـدنيا أقـل مـن الـقـليل    وعاشقها أذل من الذليل
تصم بسحرها قوما وتعمى    فـهم مـتخيرون بلا دليل

Penuntut ilmu hendaknya memperhatikan apa yang tersebut diatas. Iatelah mengatasi kepayahan yang cukup banyak, maka jangan sampai ilmuyang telah ia peroleh itu digunakan sarana bendahara duniawi yang hina,sedikit nilainya dan segera hancur ini. Syair menyebutkan :
  • Dunia itu sedikit, dan paling sedikit
Pecintanyapun hina, nan hina dina
  • Sihir dunia, membuat tuli dan buta
Kebingungan, tak tahu ke mana jalan
  • Pantangan Ahli ilmu.
وينبغى لأهل العلم أن لايذل نفسه بالطمع فى غير المطمع ويحترز عما فيهمذلة العلم وأهله. ويكون متواضعا، والتواضع بين التكبر والذلة، والعفةكذلك، ويعرف ذلك فى كتاب الأخلاق 
Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadihina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangansampai terjerumus ke dalam lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Ia supayaberbuat tawadu’ (sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati),berbuat iffah, yang keterangan lebih jauhya bisa kita dapati dalam kitabakhlaq.

أنشدنى الشيخ الإمام الأستاذ ركن الدين المعروف بالأديب المختار شعرا لنفسه: 
Syaikhul imamil ajall ustadz ruknul islam yang terkenal sebagai sasterawan ternama mengemukakan gubahan syi’irnya:

إن الـتواضـع مـن خـصـال المـتقى            وبه التقى إلى المـعالى يرتقى
ومن العجائب عجب من هو جاهل            فى حالة أهو السعيد أم الشقى
أم كـيـف يخــتم عـمـره أو روحــه            يوم الـنوى مـتسفل أو مرتقى
والـكـــبـريـاء لـربـنـا صــفـة لــــه            مـخـصـوصة فتجـنبها واتقى
  • Tata kerama, benar-benar budi orang taqwa Ia menanjak tinggi, dengan sikap
  • Ajaib, ajaiblah orang tidak tahu dirinya sendiri Bahagiakah nanti, apa malah celaka diri ?
  • Bagaimana waktu meninggalkan dunia, pungkasan umur nyawanya. Suul khatimah, apa husnul khatimah?
  • Keagungan, itu khusus sifat ar-rahman Singkirlah, waspadalah!
قال أبو حنيفة رحمة الله عليه لأصحابه: عظموا عمائمكم ووسعوا أكمامكم. وإنما قال ذلك لئلا يستخف بالعلم وأهله 
Kepada sahanat-sahabatnya, abu Hanifah berkata : ”besarkanlah putaranserban kalian, dan perlebarlah lobang lengan baju kalian”. ucapan inidikemukakan agar supaya ilmu dan ahli ilmu tidak terpandang remeh.
  • Saran Khusus Buat pelajar.
وينبغى لطالب العلم أن يحصل كتاب الوصية التى كتبها أبو حنيفة رضى اللهعليه ليوسف بن خالد السمتى عند الرجوع إلى أهله، يجده من يطلب العل وقد كانأستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين على بن أبو بكر قدس الله روحه العزيزأمرنى بكتابته عند الرجوع إلى بلدى فكتبته، ولابد للمدرس والمفتى فىمعاملات الناس منه، وبالله التوفيق. 
Sebaiknya pelajar bisa mendapatkan buku wasiat tulisan Abu Hanifah(yang tadinya) untuk Yusuf Bin Khalid As-Simty waktu pulang kembaliketengah-tengah keluarganya. Dan buku ini bisa didapatkan oleh yang maumencarinya. Guru kita sendiri, yaitu Syaikhul Imam Burhanul Immah AliyAbu Bakar semoga Allah mensucikan ruhnya yang mulya itu adalah jugamemerintahkan kami waktu mau pulang ke daerah agar menulis bukutersebut, dan kamipun melakukannya. Sang guru dan mufti (pemberi fatwa)bidang pergaulan manusia, tidak boleh tidak juga memegangi buku wasiattersebut.

Wallahu alam
Semoga bermanfaat

Syarat-syarat Mencari Ilmu Supaya Sukses

Assalamu'alaikum warahmatullah

Selamat malam sahabat blogger,terimakasih tetap setia mengunjungi blog saya ini
Semoga senantiasa kita dalam lindungan Allah SWT.




اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ

ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ


ELINGO DAK KASIL ILMU ANGING NEM PERKORO. BAKAL TAK CERITAAKE KUMPULE KANTI PERTEO.
RUPANE LIMPAT LOBA SOBAR ONO SANGUNE.
LAN PIWULANGE GURU LAN SING SUWE MANGSANE

artinya :
Ingatlah….. tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6[enam] syarat, yaitu cerdas,semangat,sabar,biaya,petunjuk ustadz dan waktu yang lama Keterangan

Ilmu yang manfaaat adalah ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketakwaan kepada Allah subhanahu wataala,ilmu yang adalah nur ilahi yang hanya diperuntukkan bagi hamba-hambanya yang soleh, ilmu manfaat inilah yang tidak mungkin bisa di dapatkan kecuali dengan adanya 6 syarat yang harus di lengkapi para pencarinya, adapaun 6 syarat tersebut adalah :


1. Cerdas
artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi,walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang gila atau orang yang ideot yang memang akalnya sudah tidak bisa menerima ilmu maka sulitlah mereka mendapatkan ilmu manfaat, namun perlu di ingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu yang tidak bisa meningkat,kalau menurut orang-orang tua, akal kita adalah laksana pedang,semakin sering di asah dan di pergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam,adapun bila di diamkan maka akan karatan dan tumpul,begitupula akal kita semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya dan bila di biarkan maka tumpul tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga.


2. Semangat
artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan dalam tolabulilmi.


3. Sabar
artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membenci pada mereka,apa yang di kehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan,maka syetan sangat bernafsu sekali menggoda pelajar agar gagal dalam pelajarannya,digodanya mereka dengan suka pada lawan jenis,dengan kemelaratan,dan lain-lain .


4. Biaya
artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir,imam syafi’i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar,


5. Petunjuk ustadz
artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama] barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah لقال من قال بماشاء السند لولا andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur’an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan kepada para tabi’in, lalu para tabi’in menyampaikan pada tabi’i at-tabi’in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta’akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta’ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,


6. Lama
artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar,

Biografi Al faqir

 السلام عليكم ورحمة الله     Pada hari ini Al Faqir hanya ingin bertahaduts bini'mah, menorehkan tulisan untuk kenangan bagi diri dan ke...